Dalam beberapa tahun terakhir, restoran-restoran yang menyajikan makanan khas Indonesia semakin banyak bermunculan di Kamboja. Hidangan seperti pecel lele, nasi uduk, hingga angkringan menjadi daya tarik tersendiri di negara tersebut. Fenomena ini tidak lepas dari tingginya jumlah Warga Negara Indonesia (WNI) yang tinggal dan bekerja di sana, terutama di daerah seperti Phnom Penh dan Bavet​.

Kementerian Luar Negeri mencatat sekitar 89.000 WNI memiliki izin tinggal di Kamboja, dan sebagian dari mereka memilih membuka usaha kuliner sebagai bentuk penghidupan. Warung-warung ini tidak hanya memenuhi kebutuhan komunitas Indonesia, tetapi juga menjadi sarana memperkenalkan cita rasa nusantara kepada masyarakat lokal​.

Selain aspek bisnis, kehadiran restoran ini juga berfungsi sebagai diplomasi kuliner, yang mempererat hubungan budaya antara Indonesia dan Kamboja. Pemerintah melalui KBRI mendukung upaya ini dengan mengadakan berbagai festival kuliner dan promosi produk Indonesia​.

Namun, ada kekhawatiran bahwa beberapa restoran mungkin berhubungan dengan aktivitas ilegal seperti judi online yang turut melibatkan tenaga kerja asal Indonesia. Meskipun demikian, upaya pemerintah dalam memonitor keberadaan WNI di Kamboja terus dilakukan untuk memastikan keamanan dan legalitas aktivitas mereka​.

Restoran-restoran ini menjadi bukti bahwa kuliner bisa menjadi jembatan budaya dan ekonomi antar negara. Di masa depan, diharapkan makin banyak makanan khas Indonesia dikenal dan dicintai di kancah internasional.